A. Sistem
Vaskularisasi Fetus dan Post Natal
Pada janin, aliran darah tidak mengikuti rute yang sama dengan rute
setelah lahir. Perbedaan utama antara sirkulasi janin dan sirkulasi setelah
lahir adalah penyesuaian terhadap kenyataan bahwa janin tidak bernapas,
sehingga paru tidak berfungsi. Janin memperoleh O2 dan mengeluarkan
CO2 melalui pertukaran dengan darah ibu menembus plasenta. Karena
darah tidak perlu mengalir ke paru untuk menyerap O2 dan
mengeluarkan CO2, pada sirkulasi janin terdapat dua jalan pintas:
(1) foramen ovale, suatu lubang di septum antara atrium kanan dan kiri, dan (2) duktus arteriosus, suatu pembuluh
yang menghubungkan arteri pulmonalis dan aorta ketika keduanya keluar dari
jantung.
Peran jalan-jalan pintas ini dapat digambarkan dengan jelas apabila
kita mengikuti aliran darah melalui jantung janin. Darah beroksigen tinggi
dibawa dari plasenta melalui vena umbilikalis dan diteruskan ke dalam vena cava
inferior janin. Dengan demikian, ketika dikembalikan ke atrium kanan dari
sirkulasi sistemik, darah adalah campuran dari darah beroksigen tinggi dari
vena umbilikalis dan darah vena yang beroksigen rendah yang kembali dari
jaringan janin. Selama masa janin, karena tingginya resistensi yang diakibatkan
oleh paru yang kolaps, tekanan di separuh kanan jantung dan sirkulasi paru
lebih tinggi daripada di separuh kiri jantung dan sirkulasi sistemik, situasi
yang terbalik dibandingkan dengan setelah lahir. Karena perbedaan tekanan
antara atrium kanan dan kiri, sebagian darah campuran yang beroksigen cukup
yang kembali ke atrium kanan segera disalurkan ke atrium kiri melalui foramen
ovale. Darah ini kemudian mengalir ke dalam ventrikel kiri dan dipompa keluar
ke sirkulasi sistemik. Selain memperdarahi jaringan, sirkulasi sistemik janin
juga mengalirkan darah melalui arteri umbilikalis agar terjadi pertukaran
dengan darah ibu melalui plasenta. Sisa darah di atrium kanan yang tidak segera
dialihka ke atrium kiri mengalir ke ventrikel kanan, yang memompa darah ke dalam
arteri pulmonalis. Karena tekanan di arteri pulmonalis lebih besar daripada
tekanan di aorta, darah dialihka dari arteri pulmonalis ke dalam aorta melalui
duktus arteriosus mengikuti penurunan gradient tekanan. Dengan demikian,
sebagian besar darah yang dipompa keluar dari ventrikel kanan yang ditujukan ke
sirkulasi paru segera dialihkan ke dalam aorta dan disalurkan ke sirkulasi
sistemik, mengabaikan paru yang nonfungsional.
Saat lahir, foramen ovale menutup dan menjadi jaringan parut kecil
yang dikenal sebagai fossa ovalis di septum interatriale. Duktus arteriosus
kolaps dan akhirnya berdegenerasi menjadi untai ligamentosa tipis yang dikenal
sebagai ligamentum arteriosum. (Sherwood, 2001)
B. Penyakit Jantung
Kongenital
Penyakit jantung congenital terjadi pada sekitar 8 dari 1000 kelahiran
hidup. Kebanyakan defek congenital ditoleransi dengan baik selama kehidupan
janin karena sifat parallel sirkulasi janin. Etiologi kebanyakan defek jantung congenital
masih belum diketahui. Namun, kemajuan dalam genetic molekuler baru-baru ini
dapat segera memungkinkan identifikasi kelainan kromosom spesifik yang terkait
dengan banyak defek. Evaluasi awal bayi atau anak dengan dugaan penyakit
jantung kongenital melibatkan pendekatan sistematik dengan 3 komponen utama.
Pertama, defek jantung kongenital dapat dibagi menjadi 2 kelompok besar
berdasarkan ada tidaknya sianosis. Kedua, dua kelompok ini dapat dibagi lebih
lanjut atas dasar apakah radiografi dada menunjukkan corak vaskuler paru
bertambah, normal, atau berkurang. Akhirnya, EKG dapat digunakan untuk
menentukan apakah ada hipertrofi ventrikel kanan, kiri, atau biventrikuler.
Sifat suara jantung dan adanya bising lebih lanjut menyempitkan diagnosis
banding. Diagnosis akhir kemudian dikonfirmasi dengan ekokardiografi dan/atau
kateterisasi jantung. (Bernstein, 2000)
1.
Asianotik
Pirau kiri-ke-kanan, atau komunikasi abnormal yang
memungkinkan darah mengalir dari rongga jantung kiri ke kanan, merupakan tipe
tersering malformasi jantung congenital. Malformasi ini mencakup ASD, VSD, dan
PDA. Malformasi ini mungkin asimtomatik saat lahir, atau menimbulkan gagal
jantung kongestif fulminan. Sianosis bukan merupakan gambaran dini kelompok
malformasi ini, tetapi dapat terjadi belakangan, setelah pirau kiri-ke-kanan
menimbulkan hipertensi pulmonal yang cukup untuk menyebabkan berbaliknya aliran
darah melalui pirau. Istilah sianosis Tardif (lambat) sering digunakan untuk
menjelaskan fenomena ini. (Burns & Kumar, 2007)
Terdapat 3 tipe dasar ASD, diklasifikasikan menurut
posisinya:
-
defek sekundum, merupakan defek yang paling
sering ditemukan dan paling baik teridentifikasi oleh ekokardiografi.
-
defek sinus venosus, mungkin hanya bisa dilihat
dengan pencitraan transesofagal.
-
defek ostium primum, sangat jarang pada orang
dewasa. Meskipun dapat terjadi secara terpisah, lebih umum dilihat sebagai
komponen atrium dalam satu spektrum defek septum AV. (Gray et al, 2002)
Akibat yang
timbul karena adanya defek septum atrium sangat tergantung dari besar dan
lamanya pirau serta resistensi vaskuler paru. Ukuran defek sendiri tidak banyak
berperan dalam menentukan basaran dan arah pirau.
Pasien dapat
mengalami sesak nafas pada saat beraktivitas, dan berdebar-debar akibat
takiaritmia atrium. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan pulsasi ventrikel
kanan pada daerah parasternal kanan, wide
fixad splitting bunyi jantung kedua walaupun tidak selalu ada, ada bising
sistolik tipe ejeksi pada daerah pulmonal garis sterna kiri atas, bising mid
diastolic pada tricuspid yang dapat menyebar ke apeks. Bunyi jantung kedua
mengeras di daerah pulmonal karena kenaikan tekanan pulmonal. Sianosis jarang
ditemukan kecuali bila defek besar atau common atrium, defek sinus coronaries,
kelainan vaskuler paru, stenosis pulmonal, atau bila disertai anomaly Ebstein.
Elektrokardiografi
menunjukkan aksis ke kanan, blok bundle kanan, hiperrofi ventrikel kanan,
interval PR memanjang, aksis gelombang P abnormal, aksis ke kanan secara
ekstrim biasanya akibat defek ostium primum. Pada foto rontgen dada, didapatkan
pada foto lateral terlihat daerah retrosternal terisi, akibat pembesaran
ventrikel kanan, dilatasi atrium kanan, segmen pulmonal menonjol, serta corakan
vaskuler paru prominen.
Penatalaksanaan
pada dewasa sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor termasuk keluhan, umur,
ukuran, dan anatomi defek, adanya kelainan yang menyertai, tekanan arteri
pulmonal, serta resistensi vaskuler paru. Operasi merupakan kontraindikasi bila
terjadi kenaikan resistensi vaskuler paru 7-8 unitatau ukuran defek kurang dari
8mm tanpa adanya keluhan dan pembesaran jantung kanan. Tidakan penutupan dapat
dilakukan operasi terutama untuk defek yang sangat besar atau ASD tipe
sekundum. Sedangakan untuk ASD tipe sekundum yang ukuran defek lebih kecil dari
40mm, harus dipertimbangkan penutupan dengan kateter menggunakan amplatzer septal occlude.
Merupakan
kelainan jantung di manaterjadi defek sekat antarventrikel pada berbagai
lokasi.
-
Perimembranous, menggambarkan defisiensi dari
membrane septum langsung di bawah katup aorta
-
Muskular, di mana defek dibatasi oleh daerah
otot
-
Double
committed subarterial ventricular septal defect, sebagian dari batas defek
dibentuk oleh terusan jaringan ikat katup aorta.
Eisenmenger. Pada EKG didapatkan gelombang P melebar pada atrium kiri
yang membesar atau gelombang Q dalam dan R tinggi pada daerah lateral. Foto
rongent dada, biasanya normal pada VSD kecil atau juga bisa terjadi pembesaran
segmen pulmonal dengan kardiomegali.
Ekokardografi dapat digunakan untuk mengetahui lokasi defek, ukuran defek, arah, dan gradient aliran, perkiraan tekanan ventrikel kanan dan pulmonal, gambaran beban volume pada jantung kiri, keterlibatan katup aorta atau tricuspid serta kelainan lain.
Ekokardografi dapat digunakan untuk mengetahui lokasi defek, ukuran defek, arah, dan gradient aliran, perkiraan tekanan ventrikel kanan dan pulmonal, gambaran beban volume pada jantung kiri, keterlibatan katup aorta atau tricuspid serta kelainan lain.
Penatalaksanaan bertujuan untuk mencegah timbulnya kelainan vaskuler
paru permanen, mempertahankan fungsi atrium ventrikel kiri, dan mencegah
kejadian endokarditis infektif.
Merupakan
suatu kelainan di mana vascular yang menghubungkan arteri pulmonal dan aorta
pada fase fetal tetap paten pada saat lahir.
Pada
pemeriksaan fisik didapatkan tekanan nadi yang besar, hiperdinamik ventrikel
kanan, sianosis tubuh bagian bawah dan jari-jari tabuh. Pada elektrokardiogram
dapat ditemukan gelombang P yang melebar, kompleks QRS yang tinggi akibat beban
tekanan pada atrium dan ventrikel kiri. Hipertrofi ventrikel kanan dapat
terlihat akibat hipertensi pulmonal. Pada foto rontgen, adanya dilatasi arteri
pulmonal, meningkatnya corakan vaskuler, dilatasi atrium kiri, menunjukkan
adanya aliran dari kiri ke kanan yang signifikan.
Penutupan
PDA, dianjurkan dengan alas an hemodinamik, mencegah endarteritis, dan mencegah
terjadinya hipertensi pulmonal. Intervensi dengan kateter, merupakan pilihan
dalam penutupan PDA terutama bila terdapat bkalsifikasi pada duktus, karena
akan meningkatkan resiko pada operasi. Operasi dianjurkan pada PDA yang besar,
atau terdapat distorsi seperti aneurisma.
d.
Koarktasio Aorta (KA)
Merupakan
stenosis atau penyempitan local atau segman hipoplastik yang panjang. Pada
dewasa lokasi tersering KA ditemukan pada pertemuan arkus aorta dan aorta
descenden, segera sesudah muara dari arteri subklavia kiri. Pada keadaan
tertentu, tapi jarang dapat juga ditemukan pada aorta abdominalis. Koarktasio
aorta dapat berupa kelainan tersendiri (KA simple),
tanpa kelainan jantung lain. Dapat berupa KA kompleks yang disertai kelainan
intra kardiak seperti katup aorta bicuspid, defek septum ventrikel, kelainan
katup mitral, serta ekstra kardiak berupa aneurisma sirkulus dari Willisi atau
sindrom Turner.
Gejala
yang khas akibat tekanan darah tinggi pada badan bagian atas dapat berupa sakit
kepala, perdarahan hidung, melayang, tinnitus, tungkai dingin, angina abdomen,
kelelahan tungkai pada latihan bahkan perdarahan intracranial. Klaudikasio
tungkai dapat menggambarkan KA abdominalis.
Tekana
darah sistolik lebih tinggi pada lengan disbanding tungkai, tetapi tekanan
diastolic sama, oleh karena itu tekanan nadi di lengan akan besar. Pulsasi
arteri femoralis lemah dan terlambat dibandingkan arteri radialis. Dapat teraba
thrill sistolik pada daerah
suprasternal.
Elektrokardiogram
dapat memberikan gambaran berbagai derajat beban tekanan pada atrium dan
ventrikel kiri, secara fungsional akibat hipertensi, berupa hipertrofi atrium
dan ventrikel kiri. Foto rontgen, ukuran jantung bisa normal, dilatasi aorta
asenden, kinking atau gambaran double contour di daerah aorta desenden,
sehingga terlihat gambaran seperti angka tiga dibawah aoric knob, serta
pelebaran bayangan jaringan lunak arteri subklavia kiri. Rib notching dari
daerah posteroinferior kosta ketiga dan keempat, terjadi akibat kolateral
arteri sela iga, jarang terlihat sebelum umur 50 tahun.
Penatalaksanaan,
tindakan operatif dengan tujuan menghilangkan stenosis dan regangan pada
dinding aorta serta mempertahankan petensi aorta. Tindakan intervensi berupa
angioplasty denga atau tanpa implantasi stent merupakan pengobatan alternative
terbaik pada anak-anak maupun dewasa.
(Aru W.
Sudoyo, 2006)
2.
Sianotik
Malformasi jantung yang menyebabkan pirau
kanan-ke-kiri dibedakan oleh sianosis menjelang atau saat lahir. Hal ini
terjadi karena darah yang kurang beroksigen dari sisi kanan jantung dialirkan
langsung ke sirkulasi arteri. Dua kelainan terpenting yang menyebabkan penyakit
jantung congenital sianotik adalah tetralofi Fallot dan transposisi pembuluh
besar. (Burns & Kumar, 2007)
C. Murmur
Murmur (bising) jantung merupakan akibat aliran darah turbulen, yang
menimbulkan sejumlah vibrasi. Terdapat empat faktor utama dalam timbulnya
murmur:
·
Kecepatan aliran tinggi melalui katup normal
atau abnormal,
· Aliran ke depan melalui katup yang mengalami konstriksi
atau ireguler atau ke dalam pembuluh darah yang berdilatasi,
· Aliran kembali melalui katup inkompeten, defek
septum, atau patent duktus arteriosus,
· Viskositas berkurang, yang menyebabkan
turbulensi meningkat dan ikut berperan dalam menimbulkan dan memperkuat murmur.
(Conover & Tilkian, 2003)
D.
Pemeriksaan ECG
Pembesaran atau hipertrofi atrium
atau ventrikel akan menimbulkan perubahan rekaman ECG. Dengan demikian gambaran
ECG dapat dipakai untuk menentukan hipertrofi atrium maupun ventrikel kiri atau
kanan. Ada dua konsep yang dikenal dalam hipertrofi ventrikel:
·
Kelebihan beban sistolik
Kelebihan beban sistolik terjadi bila tekanan di dalam
ventrikel meningkat. Kelebihan beban ventrikel kiri terjadi pada stenosis
aorta, koarktasi aorta dan pada hipertensi sistemik. Gambaran ECG berupa
gelombang R tinggi di V5-V6, depresi segmen ST dan gelombang T terbalik.
Kelebihan beban ventrikel kanan terjadi pada emboli paru, hipertensi pulmonal
dan pada stenosis pulmonal. Gambaran ECG berupa gelombang R tinggi pada V1-V2
disertai depresi segmen ST dan gelombang T terbalik pada sandapan itu.
·
Kelebihan beban diastolic
Kelebihan beban diastolic sering juga disebut
kelebihan beban volum sebagai akibat bertambahnya volum ke dalam ventrikel
sehingga menyebabkan regangan dinding ventrikel bertambah selama diastole.
Kelebihan beban diastolic ventrikel kiri terjadi pada regurgitasi aorta,
regurgitasi mitral, PDA, dan pada defek septum ventrikel. Gambaran EKG berupa
gelombang R sangat tinggi di V5 dan V6. Gelombang Q sempit tetapi dalam pada
sandapan itu. Segmen ST sedikit elevasi dan cekung ke atas. Kelebihan beban
diastolic ventrikel kanan terjadi pada defek septum atrium dan pada regurgitasi
tricuspid. Gambaran ECG biasanya berpola RBBB. (Munawar & Sutandar, 2003)
Sumber:
Bernstein, Daniel. 2000. Sirkulasi Peralihan, dalam Behrman RE,
Kliegman R, Arvin AM. Ilmu Kesehatan Anak
Nelson. Jakarta, EGC
Burns DK, Kumar V. 2007. Jantung, dalam Buku Ajar Patologi. Jakarta, EGC
Conover MB, Tilkian AG. 2003. Memahami
Bunyi dan Bising Jantung dalam Praktik Sehari-hari. Tangerang, Binarupa
Aksara Publisher
Gray HH, Dawkins KD, Morgan JM, Simpson IA. 2002. Penyakit Jantung
Kongenital pada Pasien Dewasa, dalam Lecture
Notes Kardiologi. Jakarta, Erlangga Medical Series
Munawar M, Sutandar H. 2003. Elektrokardiografi, dalam Buku Ajar Kardiologi. Jakarta, Gaya Baru
Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi
Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta, EGC
Sudoyo, Aru W. 2006. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta, FK UI
1 komentar:
Herpes labialis atau cold sores yakni bengkak yg di tandai dgn timbulnya ketimbis yg disertai bersama rasa nyeri buat narasi atau bidang lain awal ucapan, di sebabkan oleh virus Herpes Simplex kategori 1 ( HSV-1).
komando dan pertanda Herpes Labialis :
rata-rata unjuk pada 4 step, adalah :
step 1 : ada rasa geli, gatal atau sensasi terbakar di kurang lebih firman atau belalai tatkala 1-2 hri. Ada yg disertai demam serta pembengkakan kelenjar getah bersih di leher dan ada yg tidak.
step 2 : unjuk titik-titik berkualitas air, dekat wujud satu atau bersinambung seperti tandan, amat sering disertai rasa nyeri.
step 3 : titik-titik berkualitas air bakal tamam menempa timbil yg basah. terhadap step ini virus bakal gampang sekali merambat buat orang.
step 4 : bisul sejak mulai mengering dan sembuh.
umumnya awal munculnya step 1 hingga step 4 butuh ketika selagi 2-3 minggu.
diwaktu persoalan ini sehat, virus Herpes simplex tidaklah penyap malahan mengendap di sel-sel saraf, menjauh bersumber system daya tahan, maka kepada keadaan tertentu virus ini bisa unjuk sedang ke tekstur kulit dan menjelmakan bengkak ulang.
nanah ujian umumnya dipicu oleh :
- Sengatan surya buat bibir
- Demam
- Flu/pilek
- iklim dingin
- Alergi makanan
- luka di mulut
- Pengobatan gigi
- Stress
- terlampaui lelah
bagi sebahagian agung pasien, abses kuis Herpes Simplex tipe-1 kemungkinan cuma memunculkan singkat kesukaran nyeri, melainkan faktor ini sanggup berakibat fatal kepada :
- pasien kelainan system daya tahan contohnya( AIDS)
- pesakit yg menjalani kemoterapi
- pesakit yg menjalani terapi penyinaran
- pesakit yg menjalani pencangkokan sumsum tulang.
terhadap beberapa orang termuat, ketimbis terungkap di perkataan yg bertakaran agung dapat menggelisahi makan dan penyebaran virus ke otak mampu berakibat fatal.
Andrologi | bagaimana mengatasi kulup panjang
Apakah sunat sakit | Metode sunat modesn terkini
hubungi Dokter | Chatting gratis
Posting Komentar