A.
SEL DARAH MERAH
Sel darah merah atau eritrosit
normal berbentuk lempeng bikonkaf dengan diameter kira-kira 7,8 μm dan
ketebalan pada bagian yang paling tebal 2,5 μm serta pada bagian tengah 1 μm
atau kurang. Volume rata-rat sel darah merah adalah 90-95 μm3.
Bentuk sel darah merah dapat berubah-ubah ketika melewati kapiler.
Sesungguhnya, sel darah merah merupakan suatu kantong yang dapat diubah menjadi
berbagai bentuk. Karena sel norma mempunyai membaran yang sangat kuat untuk
menampung bahan material di dalamnya, perubahan bentuk tadi tidak akan
meregangkan membran secara hebat dan tidak akan memecahkan sel.
Pada pria normal, jumlah rata-rata
sel darah merah daalah 5.200.000 ± 300.000/mm3 dan pada wanita
normal 4.700.000 ± 300.000/mm3. Ketinggian suatu tempat dapat
memengaruhi jumlah sel darah merah. Sel darah merah mampu mengonsentrasikan
hemoglobin dalam cairan sel sampai 34 gm/d. Bila hematokrit(persentase sel
dalam darah) dan jumlah hemoglobin dalam masing-masing sel normal, seluruh
darah pria dewasa mengandung hemoglobin 16 g/dl dan pada wanita 14 g/dl.
Fungsi utama dari sel darah merah
adalah mengangkut hemoglobin yang selanjutnya mengangkut oksigen dari paru-paru
ke jaringan. Selain mengangku hemoglobin, sel adarah merah mengandung banayak
karbonik anhidrase yang mengatalisis reaksi antara karbondioksida dan air
sehingga meningkatkan kecepatan reaksi bolak-balik ini. Cepatnya reaksi ini
membuat air dalam darah dapat bereaksi dengan banyak sekali karbon dioksida.
Dengan demikian, mengangkutnya dari jaringan menuju paru-paru dalam bentuk ion
bikarbonat. Hemoglobin dalam sel juga merupakan dapar asam basa sehingga sel
darah merah bertanggung jawab untuk sebagian besar daya pendaparan seluruh
darah.
(Arthur C. Guyton et.al., 1997).
B.
PRODUKSI SEL DARAH MERAH
Dalam minggu-minggu pertama kehidupan embrio,
sel darah merah primitif banyak diproduksi di yolk sac. Selama pertengahan trimester masa gestasi, hati adalah
organ utama yang memroduksi sel darah merah meskipun banyak sel darah merah
ditemukan dalam limpa dan limfonodus. Lalu selama bulan terakhir kelahiran dan
sesudah lahir sel darah merah hanya diproduksi di sumsum tulang. Pada dasarnya
sumsum tulang dari semua tulang memroduksi sel darah merah sampai usia 5 tahun,
tapi sumsum dari tulang panjang kecuali bagian proksimal humerus dan tibia
menjadi sangat berlemak dan tidak memroduksi sel darah merah setelah kurang
lebih berusia 20 tahun. Setelah usia ini kebanyakan sel darah merah diproduksi
dalam sumsum tulang membranosa, seperti vertebra, iga, dan ilium. Bahkan dalam
tulang-tulang ini sumsum menjadi kurang produktif seiring bertambahnya usia.
Dalam sumsum tulang terdapat sel
stem hematopoietik pluripoten, yang merupakan asal sel dalam darah sirkulasi.
Karena sel darah ini diproduksi terus-menerus sepanjang hidup, ada bagian dari
sel-sel ini masih tepat seperti sel-sel pluripoten asalnya dan disimpan dalam
sumsum tulang guna memertahankan suplainya. Namun, sebagian sel stem yang
direproduksi akan berdeferensiasi membentuk sel lain. Asal sel yang paling mula
masih tidak dapat dikenali sebagai suatu sel yang berbeda dari dari stem sel
pluripoten, walaupun sel ini membentuk suatu jalur sel khusus disebul stem sel commited. Berbagai sel stem commited bila ditumbuhkan dalam biakan
akan menghasilkan koloni tipe sel darah yang spesifik. Sel stem comitted yang menghasilkan eritrosit
disebut unit pembentuk koloni eritrosit dan singkatan CFU-E menandai jenis sel
stem ini. Unit pembentuk koloni garanulosit dan monosit disingkat CFU-GM.
Sel
pertama yang dikenali sebagai bagian dari rangkaian eritrosit adalah
proeritroblas. Dengan rangsangan yang sesuai maka dari sel stem CFU-E dapat
dibentuk banyak sekali sel ini. Sekali proeritroblas terbentuk, ia akan membelah beberapa kali sampai
akhirnya terbentuk eritrosit matur. Sel generasi pertama disebut basofil
eritroblas karena dapat dipulas dengan zat warna basa. Pada saat ini, sel
mengumpulkan sedikit sekali hemoglobin. Generasi berikutnya, sel sudah dipenuhi
hemoglobin dengan konsentrasi 34% sehingga nukleus memadat menjadi kecil dan
sisanya terdorong keluar sel. Pada saat yang sama, retikulum endoplasma
direabsorbsi. Pada saat ini sel disebut retikulosit karena masih mengandung
sedikit bahan basofilik, yaitu terdiri dari sia-sisa aparatus Golgi,
mitokondria, dan sedikit organel sitoplasmik lainnya. Selama tahap retikulosit
sel berjalan dari sumsum tulang masuk ke dalam kapiler darah dengan cara
diapedesis(terperas melalui pori-pori membran kapiler). Bahan basofilik yang
tersisa dalam retikulosit normalnya akan menghilang dalam waktu 1-2 hari dan
sel menjadi eritrosit matur(Arthur C. Guyton et.al., 1997).
C.
METABOLISME BESI
Jumlah rata-rata besi dalam tubuh 4-5
gram, 65% dijumpai dalam bentuk hemoglobin, 4 % dalam bentuk mioglobin, 1 %
dalam bentuk macam-macam senyawa heme yang meningkatkan oksidasi intraseluler,
0,1 % bergabung dengan protein transferin dalam plasma darah, 15-30 % disimpan
dalam sistem retikuloendotelial dalam sel parenkim hati, khususnya dalam bentuk
feritin.
Besi
diabsorbsi dari semua bagian usus halus. Hati menyekresi apotransferin dalam
jumlah sedang ke dalam empedu yang mengalir melalui duktus empedu ke dalam
duodenum. Daalm usus halus, apotransferin berikatan dengan besi bebas dan
dengan beberapa senyawa besi, seperti hemoglobin dan mioglobin, membentuk
transferin. Transferin tertarik dan berikatan dengan reseptor membran sel
epitel usus. Molekul transferi diabsorbsi ke dalam sel epitel dengan cara
pinositosis dan dilepaskan dalam sisi darah dari sel lain dalam bentuk
transferi plasma. Kecepatan absorbsi besi sangat lambat dengan kecepatan
maksimum hanya beberapa mg/hari. Molekul transferi berikatan secara kuat dengan
reseptor pada membran sel eritroblas dalam sumsum tulang. Selanjutnya,
transferin bersama besi yang terikat masuk kedalama eritriblas dengan cara
endositosis. Di sisni, transferin mengirimkan besi secara langsung ke
mitokondria, tempat heme disintesis(Arthur C. Guyton et.al., 1997).
D.
SINTESIS HEMOGLOBIN
Sintesis hemoglobin dimulai dari
proeritroblas kemudian dilanjutkan sedikit dalam stadium retikulosit karena
ketika retikulosit meninggalkan sumsum tulang dan masuk ke dalam aliran darah,
maka retikulosit tetap membentuk sedikit hemoglobin selama beberapa hari
berikutnya. Pertama, suksisnil ko-A yang dibentuk dalam siklus Krebs berikatan
dengan glisin untuk membentuk molekul pirol. Empat pirol bergabung untuk
membentuk protoporfirin IX yang kemudian bergabung dengan besi untuk membentuk
molekul heme. Akhirnya setiap molekul heme bergabung dengan rantai polipeptida
panjang yang disebut dengan globin membentuk suatu subunit hemoglobin yang
disebut rantai hemoglobin. Tiap atom besi dalam setiap molekul hemoglobin dalam
berikatan dengan 1 molekul oksigen(Arthur C. Guyton et.al., 1997).
0 komentar:
Posting Komentar