Jumat, 13 Juli 2012

Kejang dan Epilepsi



Anatomi dan fisiologi kesadaran
Lintasan asendens dalam susunan saraf pusat yang menyalurkan impuls sensorik protopatik, propioseptik dan perasa pancaindra dari perifer ke daerah korteks perseptif primer disebut lintasan asendens spesifik atau lintasan asendens lemniskal. Ada pula lintasan asendens aspesifik yakni formasioretikularis di sepanjang batang otak yang menerima dan menyalurkan impuls dari lintasan spesifik melalui koleteral ke pusat kesadaran pada batang otak bagian atas serta meneruskannya ke nukleus intralaminaris talami yang selanjutnya disebarkan difus ke seluruh permukaan otak.
Pada manusia pusat kesadaran terdapat di daerah pons, formasio retikularis daerah mesensefalon dan diensefalon. Lintasan aspesifik ini oleh Merruzi dan Magoum disebut diffuse ascending reticular activating system (ARAS). Melalui lintasan aspesifik ini, suatu impuls dari perifer akan menimbulkan rangsangan pada seluruh permukaan korteks serebri. Dengan adanya 2 sistem lintasan tersebut terdapatlah penghantaran asendens yang pada pokoknya berbeda.
Lintasan spesifik menghantarkan impuls dari satu titik pada alat reseptor ke satu titik pada korteks perseptif primer. Sebaliknya lintasan asendens aspesifik menghantarkan setiap impuls dari titik manapun pada tubuh ke seluruh korteks serebri.
Neuron-neuron di korteks serebri yang digalakkan oleh impuls asendens aspesifik itu dinamakan neuron pengemban kewaspadaan, sedangkan yang berasal dari formasio retikularis dan nuklei intralaminaris talami disebut neuron penggalak kewaspadaan. Gangguan pada kedua jenis neuron tersebut oleh sebab apapun akan menimbulkan gangguan kesadaran. (Manthurio & Nara, 1984)
Mekanisme kesadaran menurun pada kejang
Pada kejang terjadi pelepasan muatan listrik yang tiba-tiba. Yang secara primer melepaskan muatan listriknya adalah nuclei intralaminares thalami yang dikenal juga sebagai inti centre cephalic. Inti tersebut merupakan terminal dari lintasan ascendens aspesifik/lintasan ascenden ekstralemiskal. Input korteks serebri melalui lintasan afferent aspesifik itu menentukan derajat kesadaran. Bila sama sekali tidak ada input, maka timbul koma. Terjadi lepas muatan listrik dari intralaminar thalami secara berlebihan. Perangsangan talamokortikol yang berlebihan ini menghasilkan kejang otot seluruh tubuh dan sekaligus menghalangi neuron-neuron pembina kesadaran menerima impuls afferent dari dunia luar sehingga kesadaran hilang. (Mardjono & Sidharta, 2009)

1.   Kejang tanpa demam
Kejang adalah suatu keadaan di mana tubuh seseorang bergetar cepat tak terkendali. Selama kejang, otot seseorang berkontraksi dan berelaksasi berulang kali. Di sini terjadi perubahan mendadak pada aktivitas elektrik korteks serebri yang secara klinis bermanifestasi dalam bentuk perubahan kesadaran atau gejala motorik, sensorik atau perilaku. (MedlinePlus, 2010)
Pada kejang terjadi bangkitan motorik generalisata yang menyebabkan hilangnya kesadaran dan kombinasi kontraksi otot tonik-klonik. Kejang terjadi akibat lepas muatan paroksismal yang berlebihan dari suatu populasi neuron yang sangat mudah terpicu (focus kejang) atau dari jaringan normal yang terganggu akibat suatu keadaan patologik sehingga mengganggu fungsi normal otak. Aktivitas kejang sebagian bergantung pada lokasi lepas muatan yang berlebihan tersebut. Lesi di otak tengah, thalamus, dan korteks serebri kemungkinan besar bersifat epileptogenik, sedangkan lesi di serebelum dan batang otak umumnya tidak memicu kejang.
Di tingkat membran sel, focus kejang memperlihatkan beberapa fenomena biokimiawi:
Ø  Instabilitas membran sel saraf, sehingga sel lebih mudah mengalami pengaktifan
Ø  Neuron-neuron hipersensitif dengan ambang untuk melepaskan muatan menurun dan apabila terpicu akan melepaskan muatan secara berlebihan
Ø  Kelainan polarisasi yang disebabkan oleh kelebihan asetilkolin atau defisiensi asam gama-aminobutirat (GABA)
Ø  Ketidakseimbangan ion yang mengubah keseimbangan asam-basa atau elektrolit, yang mengganggu homeostasis kimiawi neuron sehingga terjadi kelainan pada depolarisasi neuron. Gangguan keseimbangan ini menyebabkan peningkatan berlebihan neurotransmitter eksitatorik atau deplesi neurotransmitter inhibitorik. (Price & Wilson, 2005)
 Saat ini klasifikasi kejang yang umum digunakan adalah berdasarkan Klasifikasi International League Against Epilepsy of Epileptic Seizure [ILAE] 1981, yaitu:
I. Kejang parsial (fokal, lokal)
A. Kejang fokal sederhana
B. Kejang parsial kompleks
C. Kejang parsial yang menjadi umum
II. Kejang umum
A. Absens
B. Mioklonik
C. Klonik
D. Tonik
E. Tonik-klonik
F. Atonik
III. Tidak dapat diklasifikasi
(Nia Karnia, 2007)
           
2.      Kejang Demam
            Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38oC) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium (di luar rongga kepala).
Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel atau organ otak dperlukan suatu energi yang didapat dari metabolisme. Bahan baku untuk metabolisme otak yang terpenting adalah glukosa. Jadi sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2 dan air.
Sel dikelilingi oleh suatu membran yang terdiri dari permukaan dalam adalah lipoid dn permukaan luar adalah ionik. Dalam keadaan normal membran sel neuron dpat dilalui dengan mudah oleh ion Kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion Natrium (Na+) dan elektrolit lainnya, kecuali ion Klorida (Cl-).
Akibatnya konsentrasi K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedangkan diluar sel neuron terdapat keadaan sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion didalam dan diluar sel, maka terdapat perbedaan potensial yang disebut potensial membran dari sel neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran ini diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K-ATPase yang terdapat pada permukaan sel.
Keseimbangan potensial membran ini dapat dirubah oleh adanya:
1.      Perubahan konsentrasi ion diruang ekstraseluler
2.      Rangsangan yang datangnya mendadak misalnya mekanis, kimiawi atau aliran listrik dari sekitarnya
3.      Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau keturunan.
Pada keadan demam kenaikan suhu 1 C akan mengakibatkan kenaikan metabolisme basal 10% – 15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada seorang anak berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh, dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15%.
Jadi pada kenaikan suhu tubuh tertentu dapat terjadi perubahan keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion Kalium maupun ion Natrium melalui membran tadi, dengan akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas mutan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke membran sel tetangganya dengan bantuan bahan yang disebut dengan neurotransmiter dan terjadilah kejang.
Tiap anak mempunyai ambang kejng yang berbeda dan tergantung dari tinggi rendahnya ambang kejang seseorang anak menderita kejang pada kenaikan suhu tertentu. Pada anak dengan ambang kejang yang rendah, kejang telah terjadi pada suhu 38 C sedangkan pada anak dengan ambang kejang yang tinggi, kejang baru terjadi pada suhu 40 C atau lebih. Dari kenyataan ini dapatlah disimpulkan bahwa terulangnya kejang demam lebih sering terjadi pada ambang kejang yang rendah sehingga dalam penanggulangannya perlu diperhatikan pada tingkat suhu berapa penderita kejang.
Sehingga beberapa hipotesa dikemukakan mengenai patofisiologi sebenarnya dari kejang demam, yaitu:
1.      Menurunnya nilai ambang kejang pada suhu tertentu.
2.      Cepatnya kenaikan suhu.
3.      Gangguan keseimbangan cairan dan terjadi retensi cairan.
4.      Metabolisme meninggi, kebutuhan otak akan O2 meningkat sehingga sirkulasi darah bertambah dan terjadi ketidakseimbangan.
5.      Dasar patofisiologi terjadinya kejang demam adalah belum berfungsinya dengan baik susunan saraf pusat (korteks serebri).
(Nia Karnia, 2007)

B.     Epilepsi
Epilepsi adalah manifestasi gangguan fungsi (malfungsi) otak secara intermitten sebagai kondisi kronis hasil dari lepas muatan listrik abnormal neuron-neuron secara paroksismal akibat berbagai macam sebab selain penyakit otak akut (unprovoked).
Epilepsi adalah sebuah sindrom, bukan suatu penyakit. Keadaan ini bisa disebabkan oleh sebab apapun yang mempengaruhi korteks cerebri. Epilepsi tidak selalu berciri kejang. Sebaliknya, kejang tidak secara otomatis berarti epilepsi. (Sudomo & Harmaya, 2004)
Etiologi Epilepsi
1.      Epilepsi idiopatik/esensial
tidak dapat dibuktikan adanya suatu lesi sentral.
2.      Epilepsi simtomatik/sekunder
terdapat kelainan serebrum yang mendorong terjadinya respon kejang. Bisa disebabkan oleh cedera kepala (termasuk yang terjadi sebelum dan setelah kelahiran), gangguan metabolik dan gizi (hipoglikemi, fenilketonuria, defisiensi vitamin B6). factor toksik (intoksikasi alcohol, putus obat-narkotik, uremia), ensefalitis, hipoksia, gangguan sirkulasi, gangguan keseimbangan elektrolit (terutama hiponatremia dan hipokalsemia), dan neoplasma. (Price & Wilson, 2005)
Klasifikasi Epilepsi Menurut ILAE (International League Against Epilepsy)
1.      Bangkitan Epilepsi
a.       Bangkitan parsial
·         Serangan parsial sederhana (kesadaran baik)
 Dengan gejala motorik, sensorik, otonom, dan psikis
·         Serangan parsial kompleks (kesadaran terganggu)
 Serangan parsial sederhana diikuti dengan gangguan kesadaran saat awal serangan
·         Serangan umum sederhana
- Parsial sederhana menjadi tonik-klonik
- Parsial kompleks menjadi tonik-klonik
- Parsial sederhana menjadi parsial kompleks menjadi tonik-klonik
b.      Bangkitan umum
·         Absans (Lena)
·         Mioklonik
·         Klonik
·         Tonik
·         Atonik (Astatik)
·         Tonik-klonik
c.       Tak tergolongkan (sehubungan dengan data yang kurang lengkap).
2.      Sindrom Epilepsi
a)      Berkaitan dengan letak fokus
1. Idiopatik
- Epilepsi Rolandik benigna (childhood epilepsy with centro temporal spike)
- Epilepsi pada anak dengan paroksismal oksipital
2. Simptomatik
Lobus temporalis, frontalis, parietalis, oksipitalis
b)      Umum
1. Idiopatik
- Kejang neonatus familial benigna
- Kejang neonatus benigna
- Kejang epilepsi mioklonik pada bayi
- Epilepsi Absans pada anak
- Epilepsi Absans pada remaja
- Epilepsi mioklonik pada remaja
- Epilepsi dengan serangan tonik-klonik pada saat terjaga
- Epilepsi tonik-klonik dengan serangan acak
2. Simptomatik
- Sindroma West (spasmus infantil)
- Sindroma Lennox Gastaut
c)      Berkaitan dengan lokasi dan epilepsi umum (campuran 1 dan 2)
- Serangan neonatal
d)     Epilepsi yang berkaitan dengan situasi
- Kejang demam
- Berkaitan dengan alkohol
- Berkaitan dengan obat-obatan
- Eklampsia
- Serangan yang berkaitan dengan pencetus spesifik, disebut refleks epilepsi. (Sunaryo, 2007)


0 komentar:

Posting Komentar