A.
Bilirubin
Bilirubin
merupakan zat warna yang dihasilkan oleh proses pemecahan heme (yang sebagian
besar dari hemoglobin) dalam sel parenkim hati yang akan ditampung dalam
kantong empedu untuk selanjutnya diekskresikan (dikeluarkan) untuk member warna
pada feses dan urin.
B.
Metabolisme
Bilirubin
C.
Ikterus Neonatorum
Iketerus adalah menguningnya sclera
(selaput mata), kulit, dan mukosa akibat penimbunan bilirubin dalam tubuh (IKA
FK UI, 1985). Ikterus neronatorum adalah keadaan ikterus yang terjadi pada bayi
baru lahir hingga usia 2 bulan setelah lahir.
Penyebab ikterus secara umum
1.
Pembentukan
bilirubin yang berlebihan (Ikterus Pra Hepatik)
Produksi
bilirubin yang berlebihan ini diakibatkan karena adanya abnormalitas pada
hemolisis sel darah merah (sehingga disebut juga ikterus hemolitik).
Kapasitas
sel hepar mengadakan konjugasi terbatas, sehingga peningkatan produksi heme
(dari pemecahan hemoglobin) sehingga bilirubin inderek tinggi. Terjadi
akumulasi pembentukan bilirubin inderek, juga akan meningkatkan jumlah
bilirubin direk secara progresif. Sehingga urobilinogen yang dihasilkan
melebihi normal yang mengakibatkan peningkatan kandungan urobilinogen dalam
feses tinggi.
Peningkatan
produksi bilirubin dapat disebabkan oleh:
a.
Kelainan sel darah
merah (sferosit herditer, inkompabilitas Rh, HbS pada anemia sel sabit)
b.
Infeksi malaria,
sepsis, dll
c.
Toksin dari luar
tubuh (obat-obatan) dan dari dalam tubuh (transfuse, eritroblastosis fetalis)
2.
Gangguan
konjugasi bilirubin (Ikterus Hepatoseluler)
Ikterus
pada kasus ini terjadi karena adanya kelainan konjugasi pada sel hati sehingga
jumlah bilirubin inderek tinggi. Beberapa penyakit akibat gangguan pada
konjugasi bilirubin yaitu
a.
Ikterus Fisiologis
Neonatus
-
Manifestasi
klinis: terjadi hiperbilirubinemia ringan (<12,9 mg/100ml).
-
Onset: 2-3 hari
setelah bayi lahir.
- Penyebab: imaturitas enzim
glukoronil transferase atau aktifitas enzim glukoronidase pada neonatus
masih tinggi.
-
Akibat: akumulasi
bilirubin inderek atau peningkatan siklus enterohepatik.
b.
Kernikterus
-
Manifestasi
klinis: Bilirubin inderek mencapai >20mg/dl
-
Penyebab: Suatu
peningkatan hemolitik sel darah merah (seperti eritroblastosis
fetalis) juga terdapata defisiensi glukoronil transferase.
- Akibat: Penimbunan bilirubin
inderek pada ganglia basalis sehingga dapat menyebabkan defek neurologis bahkan
kematian.
c.
Gangguan herediter
Seperti
pada
-
Sindrom Gilbert
Suatu
penyakit familial ringan yg dicirikan dengan ikterus dan hiperbilirubinemia
inderek ringan (2-5mg/dl) yang kronis
-
Sindrom
Crigler-Najjar I,
Terdapat
gen resesif, tidak adanya glukoronil transferase sejak lahir sehingga tidak
terjadi konjugasi bilirubin. Bilirubin inderek mencapai 20mg/dl.
-
Sindrom
Crigler-Najjar II
Terjadinya
lebih ringan daripada Tipe I. Diwariskan sebagai gen dominan defisiensi
sebagian glukoronil transferase.
3.
Penurunan Ekskresi
Bilirubin Terkonjugasi (Ikterus Pasca Hepatik)
Penurunan
ekskresi ini bisa disebabkan karena kelainan fungsional seperti pada kelainan
konjugasi bilirubin dan kelainan obstruktif pada saluran ekskresi bilirubin.
Kelainan obstruktif berupa adanya bendungan pada saluran empedu sehingga
terjadi peningkatan akumulasi bilirubin direk. Hal tersebut mengakibatkan
regurgitasi ke sel hati kemudian ke peredaran darah. Dalam peredaran darah bilirubin
diekskresikan ke ginjal sehingga kadarnya dalam urin meningkat. Sedangkan dalam
usus, urobilinogen berkurang sehingga feses berwarna pucat (dempul).
Penyumbatan saluran empedu (kolestasis) ada 2 jenis:
a.
Intrahepatik
: Terjadi sel hati dan duktus koledokus
b.
Ekstrahepatik
: Terjadi dalam duktus koledokus
(IKA
FK UI, 1985 dan Patofisiologi Sylvia Ed 6, 2005)
Penyebab Ikterus Pada Neonatus
1.
0-24 jam setelah
lahir
a.
Inkompabilitas
darah Rh, ABO, dll
b.
Infeksi
intrauterine (karena virus TORCH, kadang bakteri)
c.
Kadang defisiensi
G6PD
2.
24-72 jam setelah
lahir
a.
Fisiologis
b.
Inkompabilitas
darah Rh, ABO
c.
Defisiensi G6PD
d.
Polisitemia
e.
Hemolisis perdarahan
tertutup
f.
Hipoksia, Asidosis
3.
>72 Jam –
Akhir minggu pertama
a.
Infeksi
b.
Dehidrasi asidosis
c.
Defisiensi enzim
G6PD
d.
Pengaruh obat
e.
Sindrom
Criggler-Najjar, Sindrom Gilbert
4.
Akhir minggu
pertama
a.
Obstruksi
b.
Hipotiroidisme
c.
Infeksi
d.
Neonatal Hepatitis
e.
Galaktosemia
(setelah pemberian ASI)
Penanganan
1.
Penanganan sendiri
di rumah
a.
Berikan ASI yang
cukup (8-12 kali sehari)
b. Sinar matahari dapat membantu
memecah bilirubin sehingga lebih mudah diproses oleh hati. Tempatkan bayi dekat
dengan jendela terbuka untuk mendapat matahari pagi antara jam 7-8 pagi agar
bayi tidak kepanasan, atur posisi kepala agar wajah tidak menghadap matahari
langsung. Lakukan penyinaran selama 30 menit, 15 menit terlentang dan 15 menit
tengkurap. Usahakan kontak sinar dengan kulit seluas mungkin, oleh karena itu
bayi tidak memakai pakaian (telanjang) tetapi hati-hati jangan sampai
kedinginan
2.
Terapi medis
Dokter akan memutuskan untuk
melakukan terapi sinar (phototherapy) sesuai dengan peningkatan kadar
bilirubin pada nilai tertentu berdasarkan usia bayi dan apakah bayi 50 Tahun
Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK USU -5- lahir cukup bulan atau prematur.
Bayi akan ditempatkan di bawah sinar khusus. Sinar ini akan mampu untuk
menembus kulit bayi dan akan mengubah bilirubin menjadi lumirubin yang lebih
mudah diubah oleh tubuh bayi. Selama terapi sinar penutup khusus akan dibuat
untuk melindungi mata.
Jika terapi sinar yang standar
tidak menolong untuk menurunkan kadar bilirubin, maka bayi akan ditempatkan
pada selimut fiber optic atau terapi sinar ganda/triple akan
dilakukan (double/triple light therapy).
Jika gagal dengan terapi sinar
maka dilakukan transfuse tukar yaitu penggantian darah bayi dengan darah donor.
Ini adalah prosedur yang sangat khusus dan dilakukan pada fasilitas yang
mendukung untuk merawat bayi dengan sakit kritis, namun secara keseluruhan,
hanya sedikit bayi yang akan membutuhkan transfusi tukar.
(Ragam Pediatrik Final Bab 1
IKA FK USU, Prof. Dr. H. Guslihan Dasa Tjipta, SpA(K))
Pencegahan
Pada kebanyakan kasus, kuning
pada bayi tidak bisa dicegah. Cara terbaik untuk menghindari kuning yang
fisiologis adalah dengan memberi bayi cukup minum, lebih baik lagi jika diberi
ASI.
(Ragam
Pediatrik Final Bab 1 IKA FK USU, Prof. Dr. H. Guslihan Dasa Tjipta, SpA(K))
0 komentar:
Posting Komentar