Merupakan pertumbuhan baru
sel-sel epitel yang ganas pada leher rahim yang cenderung menginfiltrasi
jaringan sekitarnya dan menimbulkan metastasis. Insidensi neoplasia intraepitel
serviks (CIN) memuncak pada usia sekitar 30 tahun, sedangkan untuk karsinoma
invasif adalah sekitar 45 tahun. Lesi prakanker memerlukan waktu
bertahun-tahun, mungkin berpuluh tahun, untuk berkembang menjadi karsinoma yang
nyata. Faktor risiko karsinoma serviks antara lain: usia dini saat mulai
berhubungan kelamin, memiliki banyak pasangan seksual, pasangan laki-laki memiliki
riwayat banyak memiliki pasangan, multipara, kondisi sosioekonomi rendah,
infeksi persisten oleh virus papiloma manusia ”risiko tinggi”, dan keadaan
lingkungan sekitar (kebiasaan merokok, nutrisi) (Robin & Kumar, 2007).
Gejala biasanya baru muncul
ketika sel serviks yang abnormal berubah menjadi keganasan dan menyusup ke
jaringan di sekitarnya. Pada saat ini akan timbul gejala berikut:
1. Perdarahan
vagina yang abnormal, terutama diantara 2 menstruasi, setelah melakukan
hubungan seksual dan setelah menopause.
2. Menstruasi
abnormal (lebih lama dan lebih banyak).
3. Keputihan
yang menetap, dengan cairan yang encer, berwarna pink, coklat, mengandung darah
atau hitam serta berbau busuk.
Gejala dari kanker serviks
stadium lanjut:
1. Nafsu
makan berkurang, penurunan berat badan, kelelahan.
2. Nyeri
panggul, punggung atau tungkai.
3. Dari
vagina keluar air kemih atau tinja.
4. Patah
tulang (fraktur).
( Abidin, 2007).
Penatalaksanaan Kanker Serviks
Pemilihan metode terapi
berdasarkan pembagian stadium klinis, derajat diferensiasi patologis, ukuran
tumor.
1. Terapi Operasi → tindakan
kuratif pada kanker serviks stadium awal
Ia1: dengan histerektomi
(pengangkatan uterus) total, bila perlu konservasi fungsi reproduksi, dapat
dengan konisasi (pengeluaran sebagian jaringan serviks sedemikian rupa sehingga
yang dikeluarkan berbentuk kerucut (konus), dengan kanalis servikalis sebagai
sumbu kerucut)
Ia2: dengan histerektomi radikal
modifikasi ditambah pembersihan kelenjar limfe kavum pelvis bilateral
Ib1 – IIa: dengan histerektomi
radikal modifikasi atau histerektomi radikal ditambah pemberishan kelenjar
limfe kavum pelvis bilateral; pasien usia muda dapat mempertahankan ovary.
2. Radioterapi
a. Radioterapi radikal
Sesuai untuk karsinoma serviks
uteri stadium IIb – IV. Tujuannya adalah agar lesi primer serviks uteri dan
lesi sekunder yang mungkin timbul semuanya mendapat dosis radiasi maksimal,
tapi tidak melebihi dosis toleransi radiasi organ dalam abdomen dan pelvis
b. Radioterapi praoperasi
Digunakan untuk stadium Ib2/IIa
atau tumor serviks tipe tumbuh ke dalam, kanalis servikalis sangat jelas
membesar. Radioterapi membuat lesi mengecil, meningkatkan keberhasilan operasi,
menurunkan vitalitas sel kanker dan penyebaran intraoperatif, sehingga
mengurangi risiko timbulnya rekurensi sentral.
c. Radioterapi pascaoperasi
Untuk pasien yang secara
patologik terbukti terdapat metastasis di kelenjar limfe kavum pelvis, kelenjar
limfe para-aorta abdominal, jaringan parametrium, tumor menginvasi lapisan otot
dalam serviks uteri, tampak tumor residif di vagina residual.
3. Kemoterapi
Terutama digunakan untuk terapi
kasus stadium sedang dan lanjut pra-operasi atau kasus rekuren, metastasis.
Untuk tumor ukuran besar, relative sulit diangkat secara operasi, kemoterapi
dapat mengecilkan tumor, meningkatkan keberhasilan operasi. Terhadap pasien
radioterapi, tambahan kemoterapi yang sesuai dapat meningkatkan sensitivitas
terhadap radiasi; sedangkan bagi pasien stadium lanjut yang tidak sesuai untuk
operasi atau radioterapi, kemoterapi dapat membawa efek paliatif.
Pada tingkat klinik IVa dan IVb
penyinaran hanya bersifat paliatif. Pemberian kemoterapi dapat dipertimbangkan.
Pada penyakit yang kambuh satu tahun sesudah penanganan lengkap, dapat
dilakukan operasi jika terapi terdahulu adalah radiasi dan prosesnya masih
terbatas pada panggul. Jika operasi tak mungkin dilakukan, harus dipilih
kemoterapi bila syarat2nya terpenuhi. Menggunakan bentuk regimen yang terdiri
dari kombinasi beberapa sitostatika (polikemoterapi). Jika terapi terdahulu
adalah operasi, sebaiknya dilakukan penyinaran jika prosesnya masih terbatas
dalam panggul (lokoregional). Bila penyebaran sudah lanjut, pilih kemoterapi
(Wiknjosastro, dkk, 1997).
0 komentar:
Posting Komentar