F.
Gejala
Klinis
Gambaran klinis ini
tidak harus timbul sekaligus pada saat yang bersamaan oleh karena penyakit ini
memiliki gambaran klinis yang sangat bervariasi.
1. Gejala-gejala konstitusional, misalnya
lelah, anoreksia, berat badan menurun dan demam. Terkadang kelelahan dapat demikian
hebatnya.
2. Poliartritis simetris terutama pada
sendi perifer, termasuk sendi-sendi di tangan, namun biasanya tidak melibatkan
sendi-sendi interfalangs distal. Hampir semua sendi diartrodial dapat
terserang.
3. Kekakuan di pagi hari selama lebih dari
1 jam: dapat bersifat generalisata tatapi terutama menyerang sendi-sendi.
4.
Artritis erosif merupakan ciri khas
penyakit ini pada gambaran radiologik.
5.
Deformitas: kerusakan dari
struktur-struktur penunjang sendi dengan perjalanan penyakit.
6. Nodula-nodula reumatoid adalah massa
subkutan yang ditemukan pada sekitar sepertiga orang dewasa penderita arthritis
rheumatoid. Lokasi yang paling sering dari deformitas ini adalah bursa
olekranon (sendi siku ) atau di sepanjang permukaan ekstensor dari lengan.
7.
Manifestasi ekstra-artikular: artritis
reumatoid juga dapat menyerang organ-organ lain di luar sendi. Jantung
(perikarditis), paru-paru (pleuritis), mata, dan pembuluh darah dapat rusak.
G.
Pemeriksaan
Penunjang
Tidak banyak berperan
dalam diagnosis artritis reumatoid, namun dapat menyokong bila terdapat
keraguan atau untuk melihat prognosis pasien. Pada pemeriksaan laboraturium
terdapat:
1. Tes faktor reuma biasanya positif
pada lebih dari 75% pasien artritis reumatoid terutama bila masih aktif.
Sisanya dapat dijumpai pada pasien lepra, tuberkulosis paru, sirosis hepatis,
hepatitis infeksiosa, lues, endokarditis bakterialis, penyakit kolagen, dan
sarkoidosis.
2. Protein C-reaktif biasanya positif.
3. LED meningkat.
4. Leukosit normal atau meningkat
sedikit.
5. Anemia normositik hipokrom akibat
adanya inflamasi yang kronik.
6. Trombosit meningkat.
7. Kadar albumin serum turun dan
globulin naik.
Pada periksaan
rontgen, semua sendi dapat terkena, tapi yang tersering adalah sendi
metatarsofalang dan biasanya simetris. Sendi sakroiliaka juga sering terkena.
Pada awalnya terjadi pembengkakan jaringan lunak dan demineralisasi juksta
artikular. Kemudian terjadi penyempitan sendi dan erosi.
H.
Diagnosis
Diagnosa arthritis reumatod dapat dikatakn positif apabila
sekurang-kurangnya empat dari criteria yang sekurang-kurangnya sudah
berlangsung selama 6 minggu. Kriteria tersebut adalah:
·
Kekakuan dipagi hari lamanya paling tidak 1 jam
·
Arthritis
pada tiga atau lebih sendi
·
Arthritis
sendi-sendi jari tangan
·
Arthritis
yang simetris
·
Nodul
rheumatoid
·
Faktor
rheumatoid dalam serum
·
Perubahan-perubahan
radiologic, seperti:
1. Pembengkakan
jaringan lunak
2. Erosi
3. Osteopororosis
artikular
I.
Penatalaksanaan
Artritis Reumatoid
a. Obat
Setelah diagnosis AR
dapat ditegakkan, pendekatan pertama yang harus dilakukan adalah segera
berusaha untuk membina hubungan yang baik antara pasien dengan keluarganya
dengan dokter atau tim pengobatan yang merawatnya. Tanpa hubungan yang baik ini
agaknya akan sukar untuk dapat memelihara ketaatan pasien untuk tetap berobat
dalam suatu jangka waktu yang cukup lama.
a. Memberi
pendidikan yang cukup tentang penyakit kepada keluarga secara terus-menerus.
b. Istirahat
yang cukup
c. Latihan
untuk memperbaiki fungsi sendi
d. Memakai
alat bantu untuk beraktivitas sehari-hari
e. Pemberian
NSAID (aspirin, Ibuprofen,
naproksen, piroksikam, diklofenak, dan sebagainya) untuk menghilangkan nyeri dan
DMARD’s (klorokuin,
sulfasalazin, D-penisilamin, garam emas, kortikosteroid, dll) untuk melindungi
rawan sendi dan tulang dari proses destruksi akibat artritis reumatoid.
b. Operasi
Jika berbagai cara
pengobatan telah dilakukan dan tidak berhasil serta terdapat alasan yang cukup
kuat, dapat dilakukan pengobatan pembedahan. Jenis pengobatan ini pada pasien
AR umumnya bersifat ortopedik, misalnya sinovektoni, artrodesis, total hip
replacement, memperbaiki deviasi ulnar, dan sebagainya.
c. Rehabilitasi
Rehabilitasi dilaksanakan
dengan berbagai cara antara lain dengan mengistirahatkan sendi yang terlibat,
latihan serta dengan menggunakan modalitas terapi fisis seperti pemanasan,
pendinginan, peningkatan ambang rasa nyeri dengan arus listrik. Manfaat terapi
fisis dalam pengobatan AR telah ternyata terbukti dan saat ini merupakan salah
satu bagian yang tidak terpisahkan dalam penatalaksanaan AR.
0 komentar:
Posting Komentar